Tidak terbayang betapa sakitnya Aiptu BS ketika tahu orang yang disayanginya selama ini ternyata menusuknya dari belakang.
Sang istri DW, dipergoki Aiptu BS tengah berbuat asusila dengan seorang perwira berpangkat Ipda berinisial AA. Mereka melakukan perbuatan tersebut di rumahnya yang berada di kawasan KM 10 Palembang beberapa waktu lalu.
Aiptu BS menceritakan, sebelumnya ia tidak percaya dengan laporan anaknya jika Ipda AA sering ke rumahnya saat ia bertugas di luar Sumsel.
Tidak hanya main ke rumah, tetapi juga sering meminta kerok dan pijat dengan istrinya. "Anak telepon jika pakdeh "panggilan AA" sering ke rumah, tetapi saya tidak pernah curiga karena saya sudah menganggapnya sebagai kakak."
Tekait kasus perselingkuhan tersebut, Psikolog dari RS Bunda Palembang, Sri Agustina mengatakan, harapan yang terlalu tinggi terhadap pasangan dapat menjadi bumerang bagi kelangsungan hubungan perkawinan seseorang, banyak orang terlalu cepat merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinan yang mungkin baru saja dijalani beberapa saat.
Menghadapi kenyataan hidup yang jauh dari harapan, mereka lantas merasa kecewa dan mulai menyalahkan pasangannya, dan tidak sedikit dari mereka memilih untuk selingkuh.
“Sebenarnya kalau moralitas seseorang terjaga apalagi terkait masalah perkawinan, maka perselingkuhan tak akan terjadi, seorang istri yang memiliki moral yang tinggi, sejauh manapun suami pergi pasti akan menjaga perkawinannya, dia akan menjaga jarak dari pria manapun yang bukan muhrimya sekalipun orang itu sudah sangat dekat,” terangnya.
Sementara itu terkait anak-anak dari pasangan tersebut, Sri Agustina mengatakan, jika anak-anak itu mengalami perubahan sikap seperti muncul rasa malu dan enggan membaur bersama teman akibat peristiwa perselingkuhan orangtua mereka maka anak-anak itu harus diberikan pendampingan dari ahli menejemen emosi atau anggota keluarga yang mampu membimbing mereka untuk tidak terlibat pada masalah yang dihadapi orangtua mereka.
Dan untuk suami yang tersakiti akibat perselingkuhan itu, Sri Agustina mengatakan, keputusannya kembali pada dirinya sendiri, ingin bercerai atau memaafkan kesalahan istrinya.
“Kalaupun memilih memaafkan maka suami-istri harus lebih terbuka apapun masalahnya harus cerita baik itu masalah seks, materi, keharmonisan rumah tangga, dan lain-lain, karena penyebab perselingkuhan ya masalah itu,” pungkasnya.