Saat menikah, wanita memiliki harapan bahwa pernikahannya akan menjadi
surga dunia, penuh kebahagiaan dan keindahan, rumahku surgaku. Namun
terkadang kenyataan tak seindah harapan. Ternyata sifat suaminya tak
sebaik yang diperkirakan. Atau seiring berjalannya waktu, sikap sang
suami kepada sang istri menjadi semakin buruk. Keras, kasar, egois,
pemarah, tidak romantis, tidak bertanggungjawab, suka memukul, tidak
punya waktu untuk istri, dan sifat-sifat buruk lain. Maka akhirnya bisa
terbetik penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan berkata
dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.
Begitu juga sebaliknya bisa terjadi pada sang suami. Setelah sekian lama
menikah, dan ternyata sikap sang istri tidak sebaik yg diharapkan, atau
sikap istri berubah menjadi buruk seiring berjalannya waktu, bisa
terbetik penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan berkata
dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.
Maka saat menikah hendaknya benar-benar selektif dalam memilih calon
pendamping hidup, carilah yang benar-benar baik akhlak dan agamanya. Dan
mintalah pertimbangan kepada orang-orang bijak, orang-orang yg paham
agama, bertakwa, serta terpercaya (ustadz, orang tua, tokoh agama
setempat, dll) mengenai sang calon tersebut, agar didapatkan kesimpulan
yang obyektif, bukan hanya subyektif, dan bisa jadi mereka mengetahui
apa yang tidak kita ketahui.
===============================
Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik sikapnya kepada istrinya
Berikut ini artikel ringkasan ceramah dari Ustadz Syafiq Basalamah,
doktor lulusan Universitas Islam madinah, saudi arabia, terutama nasehat
untuk para suami agar bersikap baik kepada para istri, sebagaimana yg
dilakukan rasulullah kepada para istrinya:
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban
yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang
wanita dari kedua orangtuanya untuk hidup bersamanya dalam sebuah
bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin olehnya.
Istri adalah suatu amanat bagi suami. Suami karena menjadi qowwam (pemimpin) bagi wanita.
Pemimpin (qowwam) ini harus memenuhi 3 fungsi, yaitu:
1) – Mengarahkan istrinya;
2) – Mengayomi istrinya;
3) – Melindungi istrinya.
Suatu penikahan yang merupakan suatu ibadah itu kuat sekali digoda oleh
syaitan agar rumah tangganya karam. Oleh karena itu, sangat-sangat
penting bagi seorang suami untuk memahami tabiat wanita. Karena wanita
itu bukan diciptakan dari baja yang bisa meleleh, bukan pula dari batu
yang bisa hancur berkeping-keping jadi kerikil, tetapi wanita diciptakan
dari tulang rusuk yang paling bengkok, yang jika diubah akan patah,
namun jika tidak diubah akan tetap bengkok, oleh karena itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam-pun tidak menyuruh lelaki untuk
mengubahnya,
Namun Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat: “Jagalah
wanita-wanita itu..! Pelan-pelan dan berlemahlembutlah pada wanita!
Sehingga setelah memahami tabiatnya, kemudian memperlakukannya dengan
ma’ruf, dengan sebaik-baiknya, seperti firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS. An-Nisaa (4): 19]
Pada saat seorang suami mendapati hal yang tidak disukainya dari seorang
istri, maka harus bersabar, dan berpikir baik-baik tentang firman Allah
yang menyatakan, bahwa boleh jadi dalam keburukan istri kita itu
terdapat kebaikan-kebaikan lainnya yang banyak. Jangan sampai keburukan
akhlak dari suami menyampaikan sang istri pada satu situasi dimana ia
sangat menyesal dan berkata: “Andai aku tak menikah dengannya..”.
Padahal suatu pengandaian itu hanya akan membuka pintu syaithan.
Tabiat-tabiat Wanita diantaranya adalah:
1) – Pencemburu.
Baik kepada ibu sang suami, saudara/saudari sang suami, wanita-wanita lain, dll.
2) – Perasa.
Perasaannya melebihi akalnya sehingga kadang-kadang mudah marah.
3) – Suka Perhiasan.
4) – Istri membutuhkan pujian/sanjungan dari suami.
Hargai pendapatnya, jangan egois.
5) – Sempatkan waktu untuk bermain-main dengan istri.
Suami berhias atau bersolek untuk istri.
6) – Memberi istri hadiah.
7) – Main tarik ulur.
Bersabar, jangan tergesa-gesa!
Setelah istri menunaikan kewajiban, penuhilah hak-haknya, karena kalau tidak, dia akan mencari haknya di tempat lain.
Istri itu seperti wadah yang akan kekeringan, jika tidak terus diisi
air. Karena, jika ia kekeringan, ia akan mencari di tempat lain yang
bisa menghapus dahaganya. Ia akan mencari tempat curhat lain selain
suami.
Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kau
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [QS. At-Taghabun (64): 14]
Merupakan nasihat bagi suami, apabila ada masalah dengan istri, maka:
1) – Maafkan dia (tidak memberikan sanksi atas kesalahan);
2) – Tidak menjelek-jelekkan dengan perkataan;
3) – Lupakan dan buka lembaran baru;
4) – Seorang wanita menikah untuk mendapatkan kebahagiaan, sakinah,
ketenangan, bukan hanya kebutuhan biologis, bukan pula hanya uang.
Hidup ini sangat singkat, jangan sampai di akhirat datang dengan keadaan tulang rusuk yang terjatuh.
Wasiat untuk suami dan istri:
“Jadilah manusia terbaik! Dimana manusia yang terbaik adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya..”
Wasiat untuk istri:
“Jadilah wanita yang terbaik! Yang bila dipandang menyenangkan dan
bila ditinggalkan menjaga kehormatan dan harta suami. Suami adalah Surga
dan Neraka kita..”
Syarat kriteria seorang lelaki yang baik untuk dipilih ~menurut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam~ untuk menjadi suami ada 2,
yaitu: Agamanya dan Akhlaqnya. Tidak hanya salah satunya, namun harus
keduanya.
| Wallahu’alam.
| Semoga yang sederhana ini bermanfaat untukku dan untukmu (saudara-saudara ku seiman)..
| Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
via Abu Layla Supry
Tidak ada komentar